Kajian Masjid Al-Kahfi Bunut, 28 Juni 2024 – Pagi ini, Masjid Al-Kahfi Bunut di Desa Margahurip, Kecamatan Banjaran, dipenuhi dengan aura kebersamaan dalam sebuah kajian yang penuh makna. Acara yang dimulai pukul 08.00 WIB ini menghadirkan pemateri Ust. Apep Jalaludin Rahmat. Yang membawakan tema “Berqurban dan Berkorban.”
Dengan suasana yang hangat dan penuh semangat, sebanyak 104 jamaah yang terdiri dari 48 laki-laki dan 56 perempuan berkumpul untuk mendengarkan pemaparan mengenai berqurban dan berkorban. Ust. Apep Jalaludin Rahmat, mengajak seluruh hadirin untuk merenungkan dan mengamalkan keutamaan berqurban dan berkorban yang disampaikan dalam beberapa poin penting.
Mengapa berqurban dan berkorban selalu menjadi topik menarik di bulan Dzulhijjah? Sebagai umat Islam, memahami makna dan hikmah di balik kedua konsep ini bisa membawa kita pada kebahagiaan sejati dan rasa syukur yang mendalam. Kajian ini akan membahas secara mendalam tentang berqurban dan berkorban, dengan menggali makna spiritual dan ritual yang terkandung di dalamnya. Yuk, kita mulai!
Bahagia dalam Berqurban dan Berkorban
Setiap kali tiba hari raya Idul Adha, suasana bahagia menyelimuti umat Islam di seluruh dunia. Mengapa kebahagiaan itu begitu terasa? Karena berqurban adalah bentuk ketaatan dan cinta kepada Allah SWT. Saat kita menyembelih hewan qurban, kita sebenarnya sedang meneladani Nabi Ibrahim AS dan putranya, Nabi Ismail AS, yang menunjukkan ketulusan dan kepatuhan yang luar biasa.
Bahagia dalam berqurban bukan hanya tentang momen itu sendiri, tetapi juga tentang proses dan niat yang kita bawa. Ketika niat kita tulus, kebahagiaan akan muncul dari rasa syukur yang kita rasakan setelah melaksanakan ibadah qurban. Allah SWT berfirman dalam Al-Quran:
وَوَصَّيْنَا ٱلْإِنسَـٰنَ بِوَٰلِدَيْهِ حُسْنًۭا ۖ وَإِن جَـٰهَدَاكَ لِتُشْرِكَ بِى مَا لَيْسَ لَكَ بِهِۦ عِلْمٌۭ فَلَا تُطِعْهُمَآ ۚ إِلَىَّ مَرْجِعُكُمْ فَأُنَبِّئُكُم بِمَا كُنتُمْ تَعْمَلُونَ
“Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapaknya; dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan Aku dengan sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya.” (QS. Al-Ankabut: 8)
Ayat ini mengajarkan kita tentang pentingnya ketaatan dan ketulusan, yang merupakan fondasi dari kebahagiaan sejati.
Bersyukur dalam Berqurban dan Berkorban
Rasa syukur adalah salah satu kunci utama dalam menjalani kehidupan yang bahagia. Dalam konteks berqurban, bersyukur bisa berarti kita merasa cukup dan puas dengan apa yang telah Allah berikan, sehingga kita siap untuk berbagi dengan orang lain. Melalui ibadah qurban, kita diajarkan untuk tidak hanya bersyukur atas nikmat materi, tetapi juga atas kesempatan yang diberikan untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Rasa syukur juga tercermin dalam kesediaan kita untuk berkorban demi kebaikan orang lain. Dalam kehidupan sehari-hari, berkorban bisa berarti mengorbankan waktu, tenaga, atau bahkan kepentingan pribadi demi kepentingan yang lebih besar. Ketika kita melakukannya dengan hati yang ikhlas dan penuh syukur, hidup kita akan lebih bermakna dan bahagia.
Jangan Mudah Sakit Hati dalam Berqurban dan Berkorban
Kadang-kadang, dalam proses berqurban dan berkorban, kita mungkin menghadapi situasi yang tidak menyenangkan. Misalnya, ada yang meragukan niat baik kita atau bahkan mengkritik tindakan kita. Dalam menghadapi hal ini, penting bagi kita untuk tidak mudah sakit hati. Mengapa? Karena niat kita adalah untuk Allah SWT, bukan untuk mendapatkan pujian atau pengakuan dari manusia.
Sikap tidak mudah sakit hati ini juga sejalan dengan ajaran Islam tentang kesabaran dan ketulusan. Kita harus tetap fokus pada tujuan akhir, yaitu ridha Allah, dan tidak terpengaruh oleh komentar negatif dari orang lain. Dengan demikian, kita bisa menjalani ibadah qurban dan berbagai bentuk pengorbanan lainnya dengan hati yang tenang dan penuh keikhlasan.
Laki-Laki dan Perempuan dalam Sunnah Haji
Dalam pelaksanaan ibadah haji, terdapat perbedaan antara laki-laki dan perempuan dalam menjalankan sunnah. Laki-laki disunnahkan untuk berlari kecil (sa’i) antara Bukit Shafa dan Marwah, sementara perempuan disunnahkan untuk berjalan. Perbedaan ini menunjukkan betapa Islam memperhatikan kondisi fisik dan kemampuan masing-masing individu.
Berqurban dan berkorban dalam konteks haji juga mengajarkan kita tentang kesetaraan dan keadilan. Meskipun ada perbedaan dalam pelaksanaan sunnah, tujuan akhirnya tetap sama, yaitu mendekatkan diri kepada Allah SWT. Dengan memahami dan menjalankan sunnah ini, kita bisa merasakan kebahagiaan dan keikhlasan yang lebih dalam dalam ibadah haji.
Berqurban secara Syariat
Berqurban secara syariat berarti menyembelih hewan yang telah ditentukan seperti kambing, sapi, atau unta. Ibadah ini bukan sekadar ritual, tetapi memiliki makna yang sangat dalam. Melalui berqurban, kita diajarkan untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT, menunjukkan ketaatan, dan berbagi rezeki dengan sesama.
Proses penyembelihan hewan qurban juga mengajarkan kita tentang pengorbanan yang tulus. Hewan yang disembelih harus sehat dan memenuhi syarat-syarat tertentu, menunjukkan bahwa dalam beribadah, kita harus memberikan yang terbaik.
Berkorban secara Syariat
Selain berqurban secara fisik, ada juga konsep berkorban secara syariat, yaitu menyembelih sifat-sifat yang buruk dalam diri kita. Sifat-sifat seperti keserakahan, iri hati, dan kebencian harus “disembelih” agar kita bisa menjadi pribadi yang lebih baik dan lebih dekat dengan Allah SWT.
Berkorban secara syariat berarti kita berusaha untuk membersihkan hati dan jiwa dari sifat-sifat negatif. Ini adalah proses yang berkelanjutan dan membutuhkan kesabaran serta keikhlasan. Dengan berkorban secara syariat, kita bisa mencapai kebahagiaan yang lebih hakiki dan kehidupan yang lebih bermakna.
Berqurban secara Hakikat
Berqurban secara hakikat adalah pemahaman yang lebih mendalam tentang makna qurban. Ini bukan hanya tentang menyembelih hewan, tetapi juga tentang menyembelih ego dan nafsu kita. Berqurban secara hakikat mengajarkan kita untuk melepaskan diri dari kepentingan duniawi dan fokus pada tujuan akhir, yaitu keridhaan Allah SWT.
Dengan berqurban secara hakikat, kita diajak untuk merenung dan introspeksi diri. Apakah kita sudah benar-benar ikhlas dalam beribadah? Apakah kita sudah berusaha untuk menghilangkan sifat-sifat buruk dalam diri kita? Pertanyaan-pertanyaan ini bisa menjadi refleksi yang mendalam dan membantu kita menjadi pribadi yang lebih baik.
Kesimpulan
Berqurban dan berkorban adalah dua konsep yang sangat penting dalam ajaran Islam. Keduanya mengajarkan kita tentang kebahagiaan sejati, rasa syukur, dan keikhlasan. Melalui berqurban, kita bisa mendekatkan diri kepada Allah SWT dan menunjukkan ketaatan kita. Melalui berkorban, kita bisa membersihkan hati dan jiwa dari sifat-sifat negatif. Semoga kita semua bisa menjalankan kedua konsep ini dengan baik dan mendapatkan kebahagiaan serta keberkahan dari Allah SWT.
Baca Juga:
Mari Berwakaf !
Sahabat-sahabat yang dirahmati Allah, kami mengajak Anda semua untuk berpartisipasi dalam program wakaf pemasangan kaca asrama di Masjid Al-Kahfi. Asrama ini akan menjadi tempat tinggal bagi para tahfidz yang tengah menghafal Al-Quran dan calon-calon CEO masa depan yang berakhlak mulia.