Bulan Dzulhijjah x Muhammadiyah: Bulan Dzulhijjah, bulan penuh berkah dan momen istimewa bagi umat Islam, tak terkecuali bagi Muhammadiyah. Di bulan ini, semangat beribadah dan berbagi kental dirasakan, diiringi dengan tradisi-tradisi yang bermakna. Artikel ini akan mengajak Anda menyelami “Bulan Dzulhijjah x Muhammadiyah”, mengulas perspektif dan amalan Muhammadiyah di bulan Dzulhijjah, serta tradisi-tradisi yang menyertainya.
Muhammadiyah sebagai organisasi Islam berpandangan bahwa penetapan awal bulan Hijriyah, termasuk Dzulhijjah, didasarkan pada metode hisab (perhitungan astronomis). Metode hisab dianggap lebih akurat dan konsisten dibandingkan dengan metode rukyat (pemantauan hilal).
Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah menetapkan awal bulan Dzulhijjah berdasarkan hasil hisab hakiki wujudul hilal (kepastian keberadaan hilal). Penetapan ini didasarkan pada kriteria yang sudah ditetapkan, seperti tinggi hilal dan elongasi. Dengan metode ini, Muhammadiyah dapat menetapkan awal bulan Dzulhijjah secara nasional dan seragam.
Beberapa amalan utama yang dilakukan oleh Muhammadiyah di bulan Dzulhijjah meliputi:
Meskipun Muhammadiyah tidak memiliki aturan baku terkait tradisi Idul Adha, namun beberapa tradisi yang umum dijumpai di kalangan warga Muhammadiyah meliputi:
Bulan Dzulhijjah bagi Muhammadiyah menjadi momen untuk meningkatkan ketakwaan kepada Allah SWT melalui berbagai amalan ibadah. Selain itu, nilai-nilai berbagi dan kepedulian sosial menjadi hal yang ditekankan dalam perayaan Idul Adha. Semangat berkurban tidak hanya memaknai pengorbanan Nabi Ibrahim AS, tetapi juga wujud kepedulian terhadap sesama, khususnya bagi kaum dhuafa.
Perbedaan dalam penetapan awal bulan Dzulhijjah antara Muhammadiyah dan organisasi Islam lainnya kerap menjadi perbincangan hangat di kalangan masyarakat. Perbedaan ini tak jarang menimbulkan kontroversi dan perdebatan, terutama di momen menjelang Idul Adha.
Pihak-pihak yang mendukung metode rukyat berargumen bahwa rukyat lebih sesuai dengan tuntunan Nabi Muhammad SAW dan tradisi yang sudah lama dipraktikkan oleh umat Islam. Di sisi lain, pihak yang mendukung metode hisab berpendapat bahwa hisab lebih akurat dan objektif, serta dapat menghindari perbedaan waktu yang signifikan antar daerah.
Terlepas dari perbedaan metode, penting bagi umat Islam untuk tetap menjaga persatuan dan kesatuan. Perbedaan dalam penetapan awal bulan Dzulhijjah tidak seharusnya menjadi alasan perpecahan.
Sebagai gantinya, dialog dan saling menghormati antar pihak perlu dikedepankan. Setiap pihak perlu memahami dan menghargai argumen dan keyakinan pihak lain. Umat Islam perlu mengedepankan ukhuwah Islamiyah dan bersama-sama fokus pada esensi ibadah di bulan Dzulhijjah, yaitu meningkatkan ketakwaan kepada Allah SWT dan memperkuat solidaritas sosial.
Perbedaan dalam penetapan awal bulan Dzulhijjah dapat dilihat sebagai kekayaan khazanah Islam. Perbedaan ini menunjukkan keragaman pemikiran dan metodologi dalam memahami agama. Hal ini justru menjadi bukti bahwa Islam adalah agama yang dinamis dan terbuka terhadap interpretasi.
Umat Islam perlu belajar untuk hidup berdampingan secara harmonis dengan perbedaan, saling menghargai pendapat dan keyakinan, serta fokus pada tujuan bersama, yaitu meraih ridho Allah SWT.
Bulan Dzulhijjah bagi Muhammadiyah merupakan momen penuh makna untuk meningkatkan ketakwaan, memperkuat solidaritas sosial, dan melestarikan tradisi. Perbedaan dalam penetapan awal bulan Dzulhijjah tidak seharusnya menjadi penghalang untuk mencapai tujuan tersebut.
Marilah kita jadikan bulan Dzulhijjah sebagai momen untuk memperkuat persatuan dan kesatuan umat Islam, saling menghormati perbedaan, dan bersama-sama meraih ridho Allah SWT.
“Kami bantu, terima dan salurkan, InsyaAllah Sesuai Syariah & Tepat Sasaran !”
Bergabunglah dalam program kurban di Masjid Al-Kahfi! Hanya dengan harga paket 3,5 juta, kita bisa berbagi kebahagiaan dengan sesama dan mendapatkan berkah yang melimpah. Ayo, jangan lewatkan kesempatan ini untuk berbagi kebaikan.
A.n Qurban Masjid Al-Kahfi Bunut