Bulan Dzulhijjah Tidak Boleh Puasa: Bulan Dzulhijjah adalah salah satu bulan yang penuh berkah dan memiliki keutamaan istimewa dalam kalender Islam. Dalam bulan ini, umat Islam di seluruh dunia melaksanakan berbagai ibadah penting, termasuk haji dan kurban. Namun, ada ketentuan khusus terkait puasa di bulan ini yang perlu diperhatikan oleh umat Islam. Artikel ini akan membahas larangan puasa pada hari tertentu di bulan Dzulhijjah, terutama pada hari Idul Adha dan hari-hari tasyrik, disertai dengan dalil-dalil yang mendasarinya.
Keutamaan Bulan Dzulhijjah
Sebelum membahas larangan puasa, penting untuk memahami keutamaan bulan Dzulhijjah. Bulan ini memiliki banyak keistimewaan, terutama dalam sepuluh hari pertama yang dikenal dengan sebutan “Al-Ayyam Al-Ashr.” Nabi Muhammad SAW bersabda:
“Tiada hari-hari di mana amal shalih lebih dicintai oleh Allah daripada sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah.” Para sahabat bertanya, “Tidak juga jihad di jalan Allah?” Beliau menjawab, “Tidak juga jihad di jalan Allah, kecuali orang yang keluar dengan jiwa dan hartanya, kemudian tidak kembali dengan sesuatu apa pun (mati syahid).” (HR. Bukhari).
Selama sepuluh hari pertama Dzulhijjah, umat Islam dianjurkan untuk meningkatkan ibadah, termasuk puasa. Namun, ada hari-hari khusus di mana puasa dilarang.
Bulan Dzulhijjah Tidak Boleh Puasa pada Hari Raya Idul Adha dan Hari Tasyrik
Hari Raya Idul Adha
Hari Raya Idul Adha jatuh pada tanggal 10 Dzulhijjah. Pada hari ini, umat Islam melaksanakan shalat Idul Adha dan menyembelih hewan kurban. Puasa pada hari ini dilarang secara tegas oleh Nabi Muhammad SAW. Dalam sebuah hadis, beliau bersabda:
“Rasulullah SAW melarang puasa pada dua hari: pada hari Idul Fitri dan hari Idul Adha.” (HR. Muslim).
Dalil ini menunjukkan bahwa puasa pada hari Idul Adha tidak diperbolehkan karena hari tersebut adalah hari perayaan dan kebahagiaan bagi umat Islam.
Hari Tasyrik
Hari tasyrik adalah tiga hari setelah Idul Adha, yaitu tanggal 11, 12, dan 13 Dzulhijjah. Pada hari-hari ini, umat Islam masih dalam suasana perayaan Idul Adha dan dianjurkan untuk makan dan minum sebagai bagian dari syiar agama. Puasa pada hari-hari tasyrik juga dilarang. Nabi Muhammad SAW bersabda:
“Hari-hari tasyrik adalah hari makan dan minum serta dzikir kepada Allah.” (HR. Muslim).
Hadis ini menunjukkan bahwa hari tasyrik adalah hari-hari yang dikhususkan untuk menikmati makanan dan minuman serta memperbanyak dzikir kepada Allah. Oleh karena itu, puasa pada hari-hari ini dilarang.
Hikmah Bulan Dzulhijjah Tidak Boleh Puasa pada Hari Raya dan Hari Tasyrik
Larangan puasa pada hari raya dan hari tasyrik mengandung beberapa hikmah yang dapat dipahami sebagai berikut:
1. Menghormati Hari Raya dan Kebahagiaan
Hari raya adalah waktu untuk merayakan kemenangan dan kebahagiaan setelah menjalankan ibadah besar seperti haji dan kurban. Puasa pada hari-hari tersebut akan mengurangi makna kebahagiaan dan perayaan yang diinginkan oleh syariat Islam. Dengan tidak berpuasa, umat Islam dapat sepenuhnya menikmati momen kebahagiaan bersama keluarga dan kerabat.
2. Menjaga Kesehatan Jamaah Haji
Bagi jamaah haji yang melaksanakan ibadah haji, hari-hari tasyrik adalah hari-hari yang penuh dengan kegiatan fisik seperti melempar jumrah. Larangan puasa pada hari-hari ini membantu menjaga kesehatan dan stamina mereka agar dapat melaksanakan seluruh rangkaian ibadah haji dengan baik.
3. Mempererat Silaturahmi
Hari raya dan hari tasyrik adalah waktu yang tepat untuk mempererat silaturahmi dan kebersamaan dengan keluarga dan masyarakat. Makan dan minum bersama pada hari-hari ini dapat memperkuat ikatan sosial dan rasa kebersamaan di antara umat Islam.
Dalil-Dalil yang Mendukung Larangan Puasa
Dikutip dari laman Nu Online, dalam setahun terdapat lima hari di mana pada hari-hari tersebut umat Islam diharamkan untuk menunaikan ibadah puasa. Hari-hari tersebut ialah ketika Idul Fitri dan Idul Adha serta tiga hari Tasyrik yaitu tanggal 11,12,13 Dzulhijjah. Menunaikan puasa pada hari ini tidak hanya dihukumi haram, namun juga terhitung tidak sah.
Syekh Al-Khatib As-Syirbini dalam kitab Al-Iqna’ menjelaskan:
وَيَحْرُمُ صِيَامُ خَمْسَةِ أَيَّامٍ) أَيْ مَعَ بُطْلَانِ صِيَامِهَا وَهِيَ (الْعِيدَانِ) الْفِطْرُ وَالْأَضْحَى بِالْإِجْمَاعِ الْمُسْتَنِدِ إلَى نَهْيِ الشَّارِعِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَفِي خَبَرِ الصَّحِيحَيْنِ (وَأَيَّامُ التَّشْرِيقِ) الثَّلَاثَةُ بَعْدَ يَوْمِ النَّحْرِ وَلَوْ لِمُتَمَتِّعٍ لِلنَّهْيِ عَنْ صِيَامِهَا كَمَا رَوَاهُ أَبُو دَاوُد وَفِي صَحِيحِ مُسْلِمٍ: أَيَّامُ مِنًى أَيَّامُ أَكْلٍ وَشُرْبٍ وَذِكْرِ اللَّهِ تَعَالَى
Artinya: Artinya, “Haram melaksanakan puasa pada lima hari serta batalnya puasa di dalamnya. Hari-hari tersebut ialah dua hari raya Idul Fitri dan Idul Adha dengan dalil ijma’ ulama yang disandarkan pada larangan pembawa syariat yaitu Nabi Muhammad saw dan disebutkan pula dalam hadits Al-Bukhari Muslim.
1. Idul Fitri
Melaksanakan puasa di hari raya Idul Fitri merupakan suatu amalan yang tidak disyariatkan. Hari raya Idul Fitri dinilai sebagai hari kemenangan dan kegembiraan d di mana umat Islam dianjurkan untuk menyambutnya dengan penuh rasa syukur dan kenikmatan.
Mengutip dari Kitab Al-Lu’Lu wal Marjan yang disusun oleh Muhammad Fu’ad Abdul Bagi, berikut adalah hadits yang melarang berpuasa ketika 1 Syawal:
حَدِيثُ عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ: هَذَانِ يَوْمَانِ نَهى رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ صِيَامِهِمَا: يَوْمُ فِطْرِكُمْ مِنْ صِيَامِكُمْ وَالْيَوْمُ الآخَرُ تَأْكُلُونَ فِيهِ مِنْ نُسُكِكُمْ أخرجه البخاري في: ۳۰ كتاب الصوم: ٦٦ باب صوم يوم الفطر
Artinya: “Umar bin Khattab RA berkata: “Pada kedua hari ini Nabi SAW telah melarang orang berpuasa, yaitu pada hari raya Idul Fitri sesudah Ramadhan dan hari raya Idul Adha sesudah wukuf di Arafah.” (HR Bukhari, Kitab ke-30, Kitab Shaum bab ke-66, bab shaum di hari fitri)
2. Idul Adha
Ketika Idul Adha, umat Islam melaksanakan ibadah kurban yaitu menyembelih hewan dengan tujuan mendekatkan diri kepada Allah. Hewan kurban yang telah disembelih kemudian dibagikan kepada umat Islam untuk dikonsumsi. Karena hal itulah, puasa ketika Idul Adha diharamkan dan dianggap tidak sah.
حَدِيثُ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: وَلَا صَوْمَ فِي يَوْمَيْنِ : الْفِطْرِ وَالأَضْحى أخرجه البخاري في: ٢٠ كتاب فضل الصلاة في مسجد مكة والمدينة : ٦ باب مسجد بیت المقدس
Artinya: “Abu Sa’id Al-Khudri RA berkata: “Nabi Muhammad SAW bersabda: ‘Tidak boleh berpuasa pada dua hari yaitu Idul Fitri dan Idul Adha.'” (HR Bukhari, Kitab ke-20, Kitab Keutamaan Shalat di Masjid Makkah dan Madinah bab ke-6, bab Masjid Baitul Maqdis)
3. Hari Tasyrik
Hari Tasyrik merupakan waktu yang jatuh pada tanggal 11, 12, 13 Dzulhijjah. Ketiga hari itu dianggap istimewa dalam Islam, karena umat Islam diperbolehkan untuk menyembelih hewan qurban nya. Penyebutan Tasyrik sendiri dikarenakan pada hari-hari itu daging kurban sedang dijemur untuk didendeng.
Dalam sebuah riwayat disebutkan:
عَنْ عَائِشَةَ وَعَنْ سَالِمٍ عَنْ ابْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ قَالَا لَمْ يُرَخَّصْ فِي أَيَّامِ التَّشْرِيقِ أَنْ يُصَمْنَ إِلَّا لِمَنْ لَمْ يَجِدْ الْهَدْيَ
Artinya: Diriwayatkan dari Aisyah dan dari Salim dari Ibn Umar, keduanya berkata, tidak diberi keringanan di hari tasyrik untuk berpuasa kecuali jika tidak didapati hewan sembelihan (hadyu). (HR. Bukhari. 1859).
Larangan puasa di hari Tasyrik disebabkan waktu tersebut sangat dianjurkan untuk menikmati berbagai hidangan dan olahan dari daging kurban.
Hadis-hadis ini memberikan landasan yang kuat bahwa puasa pada hari raya Idul Adha dan hari-hari tasyrik dilarang dalam Islam.
Kesimpulan
Bulan Dzulhijjah adalah bulan yang penuh dengan keutamaan dan ibadah penting dalam Islam. Selama bulan ini, umat Islam dianjurkan untuk meningkatkan ibadah, termasuk puasa di sepuluh hari pertama Dzulhijjah. Namun, terdapat larangan puasa pada hari raya Idul Adha dan hari-hari tasyrik, yaitu tanggal 10, 11, 12, dan 13 Dzulhijjah.
Larangan puasa ini didasarkan pada dalil-dalil yang kuat dari hadis Nabi Muhammad SAW yang menjelaskan bahwa hari raya dan hari tasyrik adalah waktu untuk merayakan, makan, minum, dan berdzikir kepada Allah. Larangan ini juga mengandung hikmah penting, seperti menghormati hari raya, menjaga kesehatan jamaah haji, mensyukuri nikmat Allah, dan mempererat silaturahmi.
Oleh karena itu, umat Islam harus mematuhi ketentuan ini dan tidak berpuasa pada hari raya Idul Adha dan hari-hari tasyrik, sebagai bentuk ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya serta untuk meraih manfaat dan hikmah yang terkandung di dalamnya. Semoga Allah menerima amal ibadah kita semua dan memberikan kita pemahaman yang benar tentang ajaran-ajaran Islam.