Bulan Safar Bulan Apa – Bulan Safar adalah salah satu dari dua belas bulan dalam kalender Hijriyah, dan seringkali menimbulkan pertanyaan di kalangan umat Muslim: bulan apa sebenarnya Bulan Safar ini? Sebagai umat Muslim yang berusaha memahami setiap aspek dari ajaran Islam, penting bagi kita untuk mengetahui makna, sejarah, serta berbagai keutamaan dan keyakinan yang terkait dengan bulan ini. Mari kita telaah lebih dalam tentang Bulan Safar dengan penjelasan dari Al-Qur’an dan Hadis.
Sejarah dan Makna Bulan Safar
Bulan Safar adalah bulan kedua dalam kalender Hijriyah, setelah Bulan Muharram. Nama “Safar” berasal dari kata Arab yang berarti “kosong” atau “kuning”, yang merujuk pada rumah-rumah yang kosong ditinggalkan penghuninya karena bepergian. Dalam sejarah Arab sebelum Islam, Bulan Safar adalah masa di mana suku-suku Arab sering pergi berperang atau melakukan perjalanan jauh.
Dalam pandangan Islam, Bulan Safar memiliki makna yang lebih mendalam dan melampaui kepercayaan-kepercayaan jahiliyah. Beberapa masyarakat mengaitkan Bulan Safar dengan kesialan atau musibah, namun pandangan ini tidak memiliki dasar yang kuat dalam ajaran Islam. Justru, Islam menegaskan bahwa semua bulan adalah baik dan penuh rahmat dari Allah SWT.
Dalil dari Al-Qur’an tentang Bulan Safar
Meskipun Al-Qur’an tidak secara spesifik menyebut Bulan Safar, ada beberapa ayat yang menjelaskan tentang bulan-bulan dalam Islam dan pentingnya tidak berbuat syirik atau menganggap bulan tertentu lebih buruk dari yang lain. Misalnya, dalam Surah At-Taubah ayat 36:
“Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah adalah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah pada waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram. Itulah ketetapan agama yang lurus, maka janganlah kamu menganiaya diri kamu dalam bulan yang empat itu, dan perangilah kaum musyrikin itu semuanya sebagaimana merekapun memerangi kamu semuanya; dan ketahuilah bahwasanya Allah beserta orang-orang yang bertakwa.”
Ayat ini menunjukkan bahwa semua bulan dalam Islam sudah ditentukan oleh Allah dan tidak ada yang lebih buruk atau lebih baik kecuali yang sudah ditetapkan sebagai bulan haram (bulan yang dimuliakan).
Hadis tentang Bulan Safar
Ada beberapa Hadis yang menjelaskan tentang Bulan Safar dan menghilangkan keyakinan-keyakinan negatif yang berkembang dalam masyarakat. Salah satunya adalah Hadis riwayat Bukhari dan Muslim:
“Tidak ada (sesuatu yang menular dengan sendirinya), tidak ada kepercayaan sial dalam Safar, tidak ada hama dan tidak ada nasib sial burung hantu…”
(HR. Bukhari dan Muslim)
Hadis ini menunjukkan bahwa Rasulullah SAW menolak kepercayaan takhayul yang mengatakan bahwa Bulan Safar membawa kesialan atau penyakit. Sebaliknya, kita diajarkan untuk meyakini bahwa semua yang terjadi adalah atas izin dan kehendak Allah SWT.
Keutamaan dan Amalan di Bulan Safar
Meskipun tidak ada amalan khusus yang diperintahkan untuk dilakukan di Bulan Safar, sebagai Muslim kita dianjurkan untuk senantiasa meningkatkan ibadah di setiap bulan. Beberapa amalan yang bisa dilakukan adalah:
- Memperbanyak Shalat Sunnah: Menambah shalat sunnah, seperti shalat dhuha dan shalat tahajud, untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT.
- Puasa Sunnah: Berpuasa di hari Senin dan Kamis atau pada Ayyamul Bidh (hari-hari putih) di pertengahan bulan Hijriyah.
- Sedekah: Memberikan sedekah kepada yang membutuhkan, karena sedekah bisa menjadi penolak bala dan mendatangkan keberkahan.
- Berdoa dan Berzikir: Memperbanyak doa dan zikir untuk meminta perlindungan dan keberkahan dari Allah SWT.
Menghilangkan Keyakinan Takhayul tentang Bulan Safar
Sebagai umat Muslim yang berpegang pada ajaran Al-Qur’an dan Hadis, kita diajarkan untuk tidak mempercayai takhayul atau mitos yang tidak berdasar. Bulan Safar sering dianggap membawa kesialan oleh sebagian orang, namun ini adalah keyakinan yang keliru. Dalam Islam, tidak ada bulan yang membawa kesialan. Semua bulan adalah ciptaan Allah dan memiliki keutamaan masing-masing.
Rasulullah SAW bersabda dalam Hadis lain:
“Tidak ada penyakit menular tanpa izin Allah, tidak ada kesialan dalam bulan Safar, dan tidak ada nasib buruk dalam burung. Tetapi yang ada adalah keberuntungan ketika seseorang optimis.”
(HR. Bukhari dan Muslim)
Hadis ini menegaskan bahwa kepercayaan terhadap kesialan atau nasib buruk dalam bulan Safar adalah takhayul yang harus dihindari. Kita diajarkan untuk selalu optimis dan berprasangka baik kepada Allah SWT.
Refleksi dan Penutup
Bulan Safar, seperti bulan-bulan lainnya dalam kalender Hijriyah, adalah waktu yang penuh rahmat dan berkah dari Allah SWT. Sebagai umat Muslim, kita harus menghindari keyakinan yang tidak berdasar dan selalu berpegang pada ajaran Al-Qur’an dan Hadis. Setiap bulan adalah kesempatan untuk mendekatkan diri kepada Allah, meningkatkan ibadah, dan berbuat kebaikan.
Dengan memahami sejarah, makna, dan dalil tentang Bulan Safar, kita bisa menghilangkan kepercayaan-kepercayaan yang tidak benar dan menjalani bulan ini dengan penuh keimanan dan ketakwaan. Semoga kita semua selalu dalam lindungan dan rahmat Allah SWT, serta diberikan kemampuan untuk menjalani setiap bulan dengan kebaikan dan keberkahan. Aamiin.
Baca Juga:
Mari Berwakaf !
Sahabat-sahabat yang dirahmati Allah, kami mengajak Anda semua untuk berpartisipasi dalam program wakaf pemasangan kaca asrama di Masjid Al-Kahfi. Asrama ini akan menjadi tempat tinggal bagi para tahfidz yang tengah menghafal Al-Quran dan calon-calon CEO masa depan yang berakhlak mulia.