Manasik Haji: Panduan Lengkap untuk Ibadah Suci

Manasik Haji

Manasik Haji – Manasik Haji merupakan salah satu bagian paling krusial dalam persiapan menjalankan ibadah haji. Bagi umat Muslim, haji adalah salah satu rukun Islam yang memiliki makna spiritual mendalam. Setiap tahun, jutaan umat Muslim dari seluruh dunia berbondong-bondong ke Tanah Suci, Makkah, untuk menunaikan ibadah ini. Namun, tahukah Anda bahwa memahami manasik haji dengan baik adalah kunci utama untuk menjalani haji dengan sempurna? Ayo, mari kita telusuri lebih dalam tentang manasik haji dan bagaimana melaksanakannya dengan benar berdasarkan Al-Qur’an dan Hadis.

Apa Itu Manasik Haji?

Manasik haji adalah serangkaian tata cara ibadah yang harus dijalankan oleh jamaah haji selama berada di Tanah Suci. Manasik ini meliputi berbagai ritual seperti tawaf, sa’i, wuquf di Arafah, dan lain sebagainya. Semua ritual ini memiliki nilai dan makna tersendiri yang harus dipahami dan dihayati oleh setiap jamaah.

Dalil Al-Qur’an tentang Haji

Dalam Al-Qur’an, perintah haji disebutkan dalam beberapa ayat, salah satunya adalah Surah Al-Baqarah ayat 196 yang berbunyi:

“Dan sempurnakanlah ibadah haji dan umrah karena Allah…” (QS. Al-Baqarah: 196)

Ayat ini menegaskan pentingnya menyempurnakan ibadah haji sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan oleh Allah SWT. Selain itu, haji juga disebutkan dalam Surah Al-Imran ayat 97 yang berbunyi:

“Di sana terdapat tanda-tanda yang nyata, (di antaranya) maqam Ibrahim; barangsiapa memasukinya (Baitullah itu) menjadi amanlah dia; mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu (bagi) orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah…” (QS. Al-Imran: 97)

Persiapan Sebelum Berangkat Haji

Sebelum menjalankan manasik haji, ada beberapa persiapan yang harus dilakukan oleh calon jamaah. Persiapan ini tidak hanya bersifat fisik, tetapi juga mental dan spiritual. Beberapa persiapan penting antara lain:

1. Niat yang Ikhlas

Niat adalah dasar dari setiap amal ibadah dalam Islam. Sebelum berangkat haji, pastikan niat Anda semata-mata untuk memenuhi panggilan Allah dan mendapatkan ridha-Nya. Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Umar bin Khattab, Rasulullah SAW bersabda:

“Sesungguhnya segala amal itu bergantung pada niatnya…” (HR. Bukhari dan Muslim)

2. Kesiapan Fisik

Haji memerlukan kekuatan fisik karena melibatkan banyak aktivitas seperti berjalan kaki jauh, berdiri lama di Arafah, dan lainnya. Oleh karena itu, penting untuk menjaga kesehatan dan kebugaran tubuh sebelum berangkat.

3. Pengetahuan Tentang Manasik Haji

Mempelajari manasik haji secara mendalam adalah suatu keharusan. Ini bisa dilakukan melalui mengikuti pelatihan manasik haji yang biasanya diselenggarakan oleh berbagai lembaga, atau dengan membaca buku dan artikel yang berkaitan.

Tahapan Pelaksanaan Manasik Haji

1. Ihram

Ihram adalah niat untuk memulai ibadah haji dengan mengenakan pakaian khusus dan menjalankan larangan tertentu. Pakaian ihram bagi laki-laki terdiri dari dua lembar kain putih tanpa jahitan, sedangkan bagi perempuan memakai pakaian yang menutupi seluruh tubuh kecuali wajah dan tangan.

Dalil Ihram:

Abdullah bin ‘Abbas radliyallahu ‘anhuma berkata:

“Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berangkat dari Madinah setelah Beliau menyisir rambutnya dan memolesnya dengan minyak zaitun. Dan Beliau mengenakan baju dan rida’nya, begitu juga para sahabat Beliau. Beliau tidak melarang apapun mengenai rida’ (selendang panjang) dan baju untuk dipakai kecuali minyak wangi (za’faran) yang masih tersisa pada kulit badan. Ketika paginya berada di Dzul Hulaifah, Beliau berangkat dengan mengendarai tunggangannya hingga sampai di padang sahara saat siang hari. Maka disitulah Beliau memulai ihram dengan bertalbiyyah begitu juga para sahabatnya. …”

(Shahih Bukhari 1444)

2. Talbiyah

Setelah berihram, jamaah haji mengucapkan talbiyah, yaitu:

“LABBAIKA ALLAHUMMA LABBAIKA LAA SYARIIKA LAKA LABBAIKA INNAL HAMDA WAN NI’MATA LAKA WAL MULKA LAA SYARIIKA LAKA”

Artinya:

“Kupatuhi perintah-Mu ya Allah, kupatuhi Engkau. Kupatuhi Engkau, Kupatuhi Engkau, tiada sekutu bagi-Mu. Kupatuhi Engkau, sesungguhnya segala pujian dan kenikmatan adalah milik-Mu, begitu pula kekuasaan, tiada sekutu bagi-Mu.”

Dalil Talbiyah:
Dari Abdullah bin Umar RA, Nabi Muhammad SAW bersabda:

Abu Musa Al Asy’ariy radliyallahu ‘anhu berkata:

“Aku menemui Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika Beliau berada di Bathha’, ketika Beliau singgah untukk istirahat lalu Beliau bertanya kepadaku: “Bagaimana cara kamu berihram?” Aku jawab: Aku berihram dengan bertalbiyah (berniat memulai haji) sebagaimana Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berihram….”

(Shahih Bukhari 1668)

3. Thawaf Qudum

Setibanya di Mekkah, jamaah haji melakukan thawaf qudum sebagai tanda penghormatan kepada Ka’bah. Thawaf adalah mengelilingi Ka’bah sebanyak tujuh kali dengan berlawanan arah jarum jam.

Dalil Thawaf:

Maka Beliau berkata: “Kamu sudah berbuat dengan baik, maka thawaflah di Ka’bah Baitullah dan sa’iy antara bukit Shafaa dan Marwah lalu bertahallullah….

(Shahih Bukhari 1668)

4. Sa’i

Sa’i adalah berlari kecil antara bukit Shafa dan Marwah sebanyak tujuh kali. Ritual ini mengenang usaha Siti Hajar mencari air untuk putranya, Nabi Ismail AS.

Dalil Sa’i:

Maka Beliau berkata: “Kamu sudah berbuat dengan baik, maka thawaflah di Ka’bah Baitullah dan sa’iy antara bukit Shafaa dan Marwah lalu bertahallullah….

(Shahih Bukhari 1668)

5. Wukuf di Arafah

Puncak dari ibadah haji adalah Wukuf di Arafah, dimana jamaah haji berdiam diri di Padang Arafah pada tanggal 9 Dzulhijjah dari siang hingga terbenam matahari. Wukuf adalah waktu untuk berdoa, berdzikir, dan merenung.

Dalil Wukuf di Arafah:
Nabi Muhammad SAW bersabda:

“Aku menyembelih hewan kurban di sini, dan Mina seluruhnya adalah tempat menyembelih. Karena itu, sembelihlah kurbanmu di tempat kendaraanmu berhenti. Dan wukuf di Arafah, maka Arafah seluruhnya adalah tempat wukuf. Dan aku wukuf pula di Muzdalifah, maka Muzdalifah seluruhnya adalah tempat wukuf.”

(Shahih Muslim 2138)

6. Mabit di Muzdalifah

Setelah meninggalkan Arafah, jamaah haji bermalam di Muzdalifah pada malam tanggal 10 Dzulhijjah. Di Muzdalifah, jamaah mengumpulkan kerikil yang akan digunakan untuk melempar jumrah.

Dalil Mabit di Muzdalifah:

Al Laits dari Yunus dari Ibnu Syihab, Salim berkata:

“‘Abdullah bin ‘Umar radliyallahu ‘anhuma mendahulukan orang-orang yang lemah dari keluarganya lalu mereka berdiam (wuquf) di Al Masy’aril Haram di Muzdalifah pada malam hari. Disana mereka berdzikir (mengingat) semampu mereka kemudian mereka kembali sebelum imam berhenti (wuquf) dan sebelum bertolak. …”

(Shahih Bukhari 1564)

7. Melempar Jumrah

Pada tanggal 10 Dzulhijjah, jamaah haji melakukan pelemparan jumrah ‘Aqobah dengan menggunakan tujuh kerikil di Mina. Pelemparan jumrah ini merupakan simbol pengusiran setan dan meneladani tindakan Nabi Ibrahim AS.

Dalil Melempar Jumrah:
Al Laits dari Yunus dari Ibnu Syihab, Salim berkata:

“‘…. .Diantara mereka ada yang menuju Mina untuk shalat Shubuh disana dan diantara mereka ada yang menuju kesana setelah shalat Shubuh. Jika mereka sudah sampai, mereka melempar jumrah…”

(Shahih Bukhari 1564)

8. Penyembelihan Hewan (Qurban)

Setelah melempar jumrah, jamaah haji menyembelih hewan kurban sebagai tanda ketaatan kepada Allah SWT, mengikuti sunnah Nabi Ibrahim AS.

Dalil Peanyembelihan Hewan:

Nabi Muhammad SAW bersabda:

“Aku menyembelih hewan kurban di sini, dan Mina seluruhnya adalah tempat menyembelih. Karena itu, sembelihlah kurbanmu di tempat kendaraanmu berhenti. Dan wukuf di Arafah, maka Arafah seluruhnya adalah tempat wukuf. Dan aku wukuf pula di Muzdalifah, maka Muzdalifah seluruhnya adalah tempat wukuf/bermalam/mabit.”

(Shahih Muslim 2138)

9. Tahallul

Tahallul adalah mencukur rambut bagi laki-laki atau memotong sebagian rambut bagi perempuan sebagai tanda keluarnya dari kondisi ihram.

Dalil Tahallul:

Abdullah bin ‘Abbas radliyallahu ‘anhuma berkata:

“….Beliau (Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam) kembali dari ‘Arafah lalu Beliau memerintahkan para sahabatnya agar melaksanakan thawaf di Baitullah dan sa’iy antara bukit Shafaa dan Marwah kemudian memerintahkan pula agar mereka memotong rambut mereka lalu bertahallul. Ketentuan ini berlaku bagi mereka yang tidak membawa hewan sembelihan (qurban)….”

(Shahih Bukhari 1444)

10. Thawaf Ifadah

Thawaf yang dilakukan setelah melontar jumrah dan tahallul adalah Thawaf ifadah. Ini adalah salah satu rukun haji yang tidak boleh ditinggalkan.

Dalil Thawaf Ifadah:

 ‘Aisyah radliyallahu ‘anha berkata:

“Kami pergi menunaikan haji bersama Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam lalu kami bertolak pada hari Nahar (untuk thawaf ifadhah). …”

(Shahih Bukhari 1618)

11. Mabit di Mina

Setelah thawaf ifadah, jamaah haji kembali ke Mina untuk bermalam pada tanggal 11, 12, dan 13 Dzulhijjah (bagi yang mengambil nafar tsani). Pada hari-hari ini, jamaah melakukan pelemparan jumrah tiga kali: Ula, Wusta, dan Aqabah.

Dalil Mabit di Mina:
Anas bin Malik radliyallahu ‘anhu menceritakan:

“Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam melaksanakan shalat Dhuhur, ‘Ashar, Maghrib dan ‘Isya’ kemudian Beliau tidur sejenak di Al Muhashib (tempat melempar jumrah di Mina), lalu Beliau menunggang tunggangannya menuju ke Ka’bah Baitullah lalu thawaf disana.”

(Shahih Bukhari 1643)

12. Thawaf Wada’

Adalah Thawaf perpisahan sebelum jamaah haji meninggalkan Mekkah. Thawaf ini dilakukan sebagai tanda perpisahan dengan Baitullah.

Dalil Thawaf Wada’:

Ibnu Abbas ia berkata:

“Orang banyak telah pulang ke negerinya masing-masing. Maka bersabdalah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam: “Janganlah seseorang pulang sebelum dia thawaf wada’ (akhir) di Baitullah.” Zuhair berkata: “Yansharifuuna Kulla wajhiin.” Dan ia tidak menyebutkan: “Fii.”

(Shahih Muslim 2350)

Hikmah di Balik Manasik Haji

Setiap tahapan dalam manasik haji memiliki hikmah dan pelajaran tersendiri bagi jamaah. Berikut beberapa hikmah yang bisa kita petik:

1. Ketundukan kepada Allah

Manasik haji mengajarkan kita untuk tunduk dan patuh kepada perintah Allah, meskipun terkadang tidak sepenuhnya kita pahami maknanya.

2. Kesabaran dan Keteguhan Hati

Proses haji yang panjang dan melelahkan menguji kesabaran dan keteguhan hati setiap jamaah.

3. Persaudaraan dan Kesetaraan

Haji mengajarkan tentang persaudaraan dan kesetaraan antar sesama Muslim, tanpa memandang status sosial, ras, atau bangsa.

Penutup

Melaksanakan haji adalah impian setiap Muslim. Namun, untuk menjalankannya dengan sempurna, pemahaman yang mendalam tentang manasik haji sangatlah penting. Dengan niat yang ikhlas, persiapan yang matang, dan pengetahuan yang cukup, insya Allah kita dapat menunaikan ibadah haji dengan baik dan memperoleh haji yang mabrur. Mari persiapkan diri kita sebaik mungkin dan doa agar Allah memberikan kita kesempatan untuk memenuhi panggilan-Nya.

“Labbaik Allahumma Labbaik, Labbaik Laa Syarika Laka Labbaik, Innal Hamda Wanni’mata Laka Wal Mulk, Laa Syarika Lak.”

Bac Juga:

Kurban Idul Adha 1445 H

“Kami bantu, terima dan salurkan, InsyaAllah Sesuai Syariah & Tepat Sasaran !”

Wakaf Kurban
Sedekah Kurban
CTA Kurban 1_Wakaf Qurban – 60%
CTA Kurban 1_sedekah_kurban_2024_15%
previous arrow
next arrow

Bergabunglah dalam program kurban di Masjid Al-Kahfi! Hanya dengan harga paket 3,5 juta, kita bisa berbagi kebahagiaan dengan sesama dan mendapatkan berkah yang melimpah. Ayo, jangan lewatkan kesempatan ini untuk berbagi kebaikan.

Transfer dan konfirmasi ke nomor di bawah ini:

Rekening Kurban
cta-button-kurban

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top