Ibadah Haji Ritual – Ibadah haji adalah salah satu rukun Islam yang kelima dan wajib dilaksanakan oleh setiap Muslim yang mampu secara fisik, mental, dan finansial setidaknya sekali seumur hidup. Haji dilaksanakan pada bulan Dzulhijjah, bulan terakhir dalam kalender Hijriyah, dan melibatkan berbagai ritual yang memiliki makna spiritual dan sejarah yang mendalam. Artikel ini akan membahas secara detail rangkaian ibadah haji beserta dalil-dalilnya dari Al-Qur’an dan Hadis.
Ibadah Haji Ritual: Hukumnya Ibadah Haji
Hukum melaksanakan ibadah haji adalah wajib bagi setiap Muslim yang telah memenuhi syarat-syarat tertentu. Kewajiban ini didasarkan pada dalil-dalil dari Al-Qur’an, Hadis, serta kesepakatan para ulama (ijma’).
Al-Qur’an
Salah satu dalil yang paling jelas mengenai kewajiban haji terdapat dalam Al-Qur’an surat Ali Imran ayat 97:
فِيْهِ اٰيٰتٌۢ بَيِّنٰتٌ مَّقَامُ اِبْرٰهِيْمَ ەۚ وَمَنْ دَخَلَهٗ كَانَ اٰمِنًا ۗ وَلِلّٰهِ عَلَى النَّاسِ حِجُّ الْبَيْتِ مَنِ اسْتَطَاعَ اِلَيْهِ سَبِيْلًا ۗ وَمَنْ كَفَرَ فَاِنَّ اللّٰهَ غَنِيٌّ عَنِ الْعٰلَمِيْنَ
“Di dalamnya terdapat tanda-tanda yang jelas, (di antaranya) Maqam Ibrahim.) Siapa yang memasukinya (Baitullah), maka amanlah dia. (Di antara) kewajiban manusia terhadap Allah adalah melaksanakan ibadah haji ke Baitullah, (yaitu bagi) orang yang mampu) mengadakan perjalanan ke sana. Siapa yang mengingkari (kewajiban haji), maka sesungguhnya Allah Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu pun) dari seluruh alam.”
(Q.S Āli ‘Imrān [3]:97)
Ayat ini secara tegas menyatakan bahwa haji adalah kewajiban bagi orang yang mampu. Kata “mampu” di sini mencakup kemampuan finansial, kesehatan fisik, serta keamanan dalam perjalanan.
Hadis
Dalil dari hadis juga memperkuat kewajiban haji bagi setiap Muslim yang mampu. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Islam dibangun diatas lima (landasan): persaksian tidak ada ilah selain Allah dan sesungguhnya Muhammad utusan Allah, mendirikan shalat, menunaikan zakat, haji dan puasa Ramadlan”.
(Shahih Bukhari No.7)
Hadis ini dikenal sebagai Hadis Jibril, yang menjelaskan lima rukun Islam. Ibadah haji disebutkan sebagai salah satu dari lima pilar utama yang menjadi fondasi keimanan dan praktik seorang Muslim.
Ibadah Haji Ritual: Syarat Wajib Haji
Ada beberapa syarat yang harus dipenuhi agar seseorang diwajibkan melaksanakan ibadah haji:
- Islam: Haji hanya diwajibkan bagi mereka yang beragama Islam.
- Baligh: Haji wajib bagi Muslim yang telah mencapai usia baligh.
- Berakal: Haji diwajibkan bagi mereka yang memiliki akal sehat.
- Merdeka: Bukan seorang budak.
- Mampu: Memiliki kemampuan finansial, kesehatan fisik, serta keamanan dalam perjalanan.
Kemampuan finansial berarti seseorang harus memiliki biaya untuk perjalanan haji tanpa mengorbankan kebutuhan dasar keluarga yang ditinggalkan. Kemampuan fisik berarti seseorang dalam keadaan sehat dan mampu menjalankan rangkaian ibadah haji yang cukup melelahkan. Keamanan dalam perjalanan juga menjadi faktor penting, karena seseorang tidak diwajibkan berhaji jika perjalanan ke Mekah dianggap sangat berbahaya.
Ibadah Haji Ritual: Rukun Ibadah Haji
1. Ihram
Ihram adalah niat untuk memulai ibadah haji dengan mengenakan pakaian khusus dan menjalankan larangan tertentu. Pakaian ihram bagi laki-laki terdiri dari dua lembar kain putih tanpa jahitan, sedangkan bagi perempuan memakai pakaian yang menutupi seluruh tubuh kecuali wajah dan tangan.
Dalil Ihram:
Abdullah bin ‘Abbas radliyallahu ‘anhuma berkata:
“Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berangkat dari Madinah setelah Beliau menyisir rambutnya dan memolesnya dengan minyak zaitun. Dan Beliau mengenakan baju dan rida’nya, begitu juga para sahabat Beliau. Beliau tidak melarang apapun mengenai rida’ (selendang panjang) dan baju untuk dipakai kecuali minyak wangi (za’faran) yang masih tersisa pada kulit badan. Ketika paginya berada di Dzul Hulaifah, Beliau berangkat dengan mengendarai tunggangannya hingga sampai di padang sahara saat siang hari. Maka disitulah Beliau memulai ihram dengan bertalbiyyah begitu juga para sahabatnya. …”
(Shahih Bukhari 1444)
2. Talbiyah
Setelah berihram, jamaah haji mengucapkan talbiyah, yaitu:
“LABBAIKA ALLAHUMMA LABBAIKA LAA SYARIIKA LAKA LABBAIKA INNAL HAMDA WAN NI’MATA LAKA WAL MULKA LAA SYARIIKA LAKA”
Artinya:
“Kupatuhi perintah-Mu ya Allah, kupatuhi Engkau. Kupatuhi Engkau, Kupatuhi Engkau, tiada sekutu bagi-Mu. Kupatuhi Engkau, sesungguhnya segala pujian dan kenikmatan adalah milik-Mu, begitu pula kekuasaan, tiada sekutu bagi-Mu.”
Dalil Talbiyah:
Dari Abdullah bin Umar RA, Nabi Muhammad SAW bersabda:
Abu Musa Al Asy’ariy radliyallahu ‘anhu berkata:
“Aku menemui Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika Beliau berada di Bathha’, ketika Beliau singgah untukk istirahat lalu Beliau bertanya kepadaku: “Bagaimana cara kamu berihram?” Aku jawab: Aku berihram dengan bertalbiyah (berniat memulai haji) sebagaimana Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berihram….”
(Shahih Bukhari 1668)
3. Thawaf Qudum
Setibanya di Mekkah, jamaah haji melakukan thawaf qudum sebagai tanda penghormatan kepada Ka’bah. Thawaf adalah mengelilingi Ka’bah sebanyak tujuh kali dengan berlawanan arah jarum jam.
Dalil Thawaf:
Maka Beliau berkata: “Kamu sudah berbuat dengan baik, maka thawaflah di Ka’bah Baitullah dan sa’iy antara bukit Shafaa dan Marwah lalu bertahallullah….“
(Shahih Bukhari 1668)
4. Sa’i
Sa’i adalah berlari kecil antara bukit Shafa dan Marwah sebanyak tujuh kali. Ritual ini mengenang usaha Siti Hajar mencari air untuk putranya, Nabi Ismail AS.
Dalil Sa’i:
Maka Beliau berkata: “Kamu sudah berbuat dengan baik, maka thawaflah di Ka’bah Baitullah dan sa’iy antara bukit Shafaa dan Marwah lalu bertahallullah….“
(Shahih Bukhari 1668)
5. Wukuf di Arafah
Puncak dari ibadah haji adalah Wukuf di Arafah, dimana jamaah haji berdiam diri di Padang Arafah pada tanggal 9 Dzulhijjah dari siang hingga terbenam matahari. Wukuf adalah waktu untuk berdoa, berdzikir, dan merenung.
Dalil Wukuf di Arafah:
Nabi Muhammad SAW bersabda:
“Aku menyembelih hewan kurban di sini, dan Mina seluruhnya adalah tempat menyembelih. Karena itu, sembelihlah kurbanmu di tempat kendaraanmu berhenti. Dan wukuf di Arafah, maka Arafah seluruhnya adalah tempat wukuf. Dan aku wukuf pula di Muzdalifah, maka Muzdalifah seluruhnya adalah tempat wukuf.”
(Shahih Muslim 2138)
6. Mabit di Muzdalifah
Setelah meninggalkan Arafah, jamaah haji bermalam di Muzdalifah pada malam tanggal 10 Dzulhijjah. Di Muzdalifah, jamaah mengumpulkan kerikil yang akan digunakan untuk melempar jumrah.
Dalil Mabit di Muzdalifah:
Al Laits dari Yunus dari Ibnu Syihab, Salim berkata:
“‘Abdullah bin ‘Umar radliyallahu ‘anhuma mendahulukan orang-orang yang lemah dari keluarganya lalu mereka berdiam (wuquf) di Al Masy’aril Haram di Muzdalifah pada malam hari. Disana mereka berdzikir (mengingat) semampu mereka kemudian mereka kembali sebelum imam berhenti (wuquf) dan sebelum bertolak. …”
(Shahih Bukhari 1564)
7. Melempar Jumrah
Pada tanggal 10 Dzulhijjah, jamaah haji melakukan pelemparan jumrah ‘Aqobah dengan menggunakan tujuh kerikil di Mina. Pelemparan jumrah ini merupakan simbol pengusiran setan dan meneladani tindakan Nabi Ibrahim AS.
Dalil Melempar Jumrah:
Al Laits dari Yunus dari Ibnu Syihab, Salim berkata:
“‘…. .Diantara mereka ada yang menuju Mina untuk shalat Shubuh disana dan diantara mereka ada yang menuju kesana setelah shalat Shubuh. Jika mereka sudah sampai, mereka melempar jumrah…”
(Shahih Bukhari 1564)
8. Penyembelihan Hewan (Qurban)
Setelah melempar jumrah, jamaah haji menyembelih hewan kurban sebagai tanda ketaatan kepada Allah SWT, mengikuti sunnah Nabi Ibrahim AS.
Dalil Peanyembelihan Hewan:
Nabi Muhammad SAW bersabda:
“Aku menyembelih hewan kurban di sini, dan Mina seluruhnya adalah tempat menyembelih. Karena itu, sembelihlah kurbanmu di tempat kendaraanmu berhenti. Dan wukuf di Arafah, maka Arafah seluruhnya adalah tempat wukuf. Dan aku wukuf pula di Muzdalifah, maka Muzdalifah seluruhnya adalah tempat wukuf/bermalam/mabit.”
(Shahih Muslim 2138)
9. Tahallul
Tahallul adalah mencukur rambut bagi laki-laki atau memotong sebagian rambut bagi perempuan sebagai tanda keluarnya dari kondisi ihram.
Dalil Tahallul:
Abdullah bin ‘Abbas radliyallahu ‘anhuma berkata:
“….Beliau (Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam) kembali dari ‘Arafah lalu Beliau memerintahkan para sahabatnya agar melaksanakan thawaf di Baitullah dan sa’iy antara bukit Shafaa dan Marwah kemudian memerintahkan pula agar mereka memotong rambut mereka lalu bertahallul. Ketentuan ini berlaku bagi mereka yang tidak membawa hewan sembelihan (qurban)….”
(Shahih Bukhari 1444)
10. Thawaf Ifadah
Thawaf yang dilakukan setelah melontar jumrah dan tahallul adalah Thawaf ifadah. Ini adalah salah satu rukun haji yang tidak boleh ditinggalkan.
Dalil Thawaf Ifadah:
‘Aisyah radliyallahu ‘anha berkata:
“Kami pergi menunaikan haji bersama Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam lalu kami bertolak pada hari Nahar (untuk thawaf ifadhah). …”
(Shahih Bukhari 1618)
11. Mabit di Mina
Setelah thawaf ifadah, jamaah haji kembali ke Mina untuk bermalam pada tanggal 11, 12, dan 13 Dzulhijjah (bagi yang mengambil nafar tsani). Pada hari-hari ini, jamaah melakukan pelemparan jumrah tiga kali: Ula, Wusta, dan Aqabah.
Dalil Mabit di Mina:
Anas bin Malik radliyallahu ‘anhu menceritakan:
“Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam melaksanakan shalat Dhuhur, ‘Ashar, Maghrib dan ‘Isya’ kemudian Beliau tidur sejenak di Al Muhashib (tempat melempar jumrah di Mina), lalu Beliau menunggang tunggangannya menuju ke Ka’bah Baitullah lalu thawaf disana.”
(Shahih Bukhari 1643)
12. Thawaf Wada’
Adalah Thawaf perpisahan sebelum jamaah haji meninggalkan Mekkah. Thawaf ini dilakukan sebagai tanda perpisahan dengan Baitullah.
Dalil Thawaf Wada’:
Ibnu Abbas ia berkata:
“Orang banyak telah pulang ke negerinya masing-masing. Maka bersabdalah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam: “Janganlah seseorang pulang sebelum dia thawaf wada’ (akhir) di Baitullah.” Zuhair berkata: “Yansharifuuna Kulla wajhiin.” Dan ia tidak menyebutkan: “Fii.”
(Shahih Muslim 2350)
Ibadah Haji: Ritual yang Mengagungkan Kebesaran Allah
Adalah salah satu dari lima rukun Islam yang wajib dilakukan oleh setiap Muslim yang mampu secara fisik, mental, dan finansial. Ibadah ini merupakan puncak dari pengalaman spiritual seorang Muslim, yang melibatkan serangkaian ritual yang telah diatur secara terperinci dalam syariat Islam. Dalam artikel ini, kita akan membahas secara mendalam tentang ritual-ritual dalam ibadah haji beserta dalil-dalil yang mendasarinya.
Pengertian dan Keutamaan Haji
Ibadah Haji adalah ziarah ke Baitullah (Ka’bah) di Makkah yang dilakukan pada bulan Dzulhijjah. Haji memiliki banyak keutamaan dan merupakan salah satu ibadah yang paling agung dalam Islam. Dalam Al-Qur’an, Allah SWT berfirman:
“Dan sempurnakanlah ibadah haji dan umrah karena Allah…” (QS. Al-Baqarah: 196)
Keutamaan haji juga disebutkan dalam banyak hadits Nabi Muhammad SAW. Salah satunya adalah hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah RA, bahwa Rasulullah SAW bersabda:
“Barangsiapa yang berhaji lalu tidak berkata-kata kotor dan tidak berbuat kefasikan, maka dia akan kembali seperti hari ketika dia dilahirkan oleh ibunya.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Tahapan-Tahapan Ritual Haji
Ibadah Haji terdiri dari serangkaian ritual yang harus dilakukan dengan tertib dan urutannya tidak boleh diubah. Berikut adalah tahapan-tahapan tersebut:
- Ihram
- Tawaf
- Sa’i
- Wuquf di Arafah
- Mabit di Muzdalifah
- Mabit di Mina
- Melempar Jumrah
- Tawaf Wada’
1. Ihram
Adalah niat untuk memulai ibadah haji atau umrah dan memakai pakaian ihram. Ihram merupakan simbol kesucian dan kesederhanaan. Dalam ihram, ada beberapa larangan yang harus dipatuhi oleh jamaah, seperti tidak boleh memotong rambut, memotong kuku, memakai wewangian, berburu binatang, dan melakukan hubungan suami istri.
Dalil tentang ihram terdapat dalam hadits Nabi SAW:
“Dari Abdullah bin Umar RA berkata, ‘Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda: Ihram adalah dari tempat miqat masing-masing.'” (HR. Bukhari dan Muslim)
2. Tawaf
Adalah mengelilingi Ka’bah sebanyak tujuh kali dengan berlawanan arah jarum jam. Tawaf dilakukan dengan memulai dari Hajar Aswad dan diakhiri di Hajar Aswad. Tawaf merupakan salah satu bentuk penghormatan dan pengagungan kepada Allah SWT.
Dalil tentang tawaf terdapat dalam Al-Qur’an:
“Kemudian hendaklah mereka menghilangkan kotoran yang ada pada badan mereka, dan hendaklah mereka menyempurnakan nazar-nazar mereka, dan hendaklah mereka melakukan tawaf sekeliling rumah tua itu (Baitullah).” (QS. Al-Hajj: 29)
3. Sa’i
Adalah berlari-lari kecil antara bukit Safa dan Marwah sebanyak tujuh kali. Sa’i mengenang perjuangan Hajar, istri Nabi Ibrahim AS, yang berlari-lari mencari air untuk putranya, Ismail AS. Sa’i mengajarkan ketabahan dan keikhlasan dalam menjalani ujian Allah SWT.
Dalil tentang sa’i terdapat dalam Al-Qur’an:
“Sesungguhnya Safa dan Marwah adalah sebagian dari syiar Allah. Maka barangsiapa yang beribadah haji ke Baitullah atau berumrah, maka tidak ada dosa baginya mengerjakan sa’i antara keduanya. Dan barangsiapa yang mengerjakan suatu kebajikan dengan kerelaan hati, maka sesungguhnya Allah Maha Mensyukuri kebaikan lagi Maha Mengetahui.” (QS. Al-Baqarah: 158)
4. Wuquf di Arafah
Adalah berdiam diri dan berdoa di padang Arafah pada tanggal 9 Dzulhijjah. Wuquf di Arafah merupakan inti dari ibadah haji. Rasulullah SAW bersabda:
“Haji itu adalah Arafah. Barangsiapa yang datang ke Arafah sebelum fajar menyingsing dari malam hari pada hari Arafah, maka sungguh ia telah mendapatkan haji.” (HR. Tirmidzi)
5. Mabit di Muzdalifah
Adalah bermalam di Muzdalifah setelah berangkat dari Arafah. Di sini, jamaah mengumpulkan batu untuk melempar jumrah di Mina. Mabit di Muzdalifah adalah bagian dari rangkaian ibadah haji yang menunjukkan kepatuhan dan kesiapan dalam menghadapi cobaan.
Dalil tentang mabit di Muzdalifah terdapat dalam Al-Qur’an:
“Kemudian apabila kamu telah bertolak dari Arafah, maka berdzikirlah kepada Allah di Masy’aril Haram (Muzdalifah). Dan berdzikirlah (dengan menyebut) Allah sebagaimana yang ditunjukkan-Nya kepadamu.” (QS. Al-Baqarah: 198)
6. Mabit di Mina
Adalah bermalam di Mina pada malam-malam hari Tasyrik (11, 12, dan 13 Dzulhijjah). Di Mina, jamaah melaksanakan melempar jumrah. Mabit di Mina mengajarkan kesabaran dan ketundukan kepada Allah SWT.
7. Melempar Jumrah
Adalah melempar batu kecil ke tiga jumrah di Mina, yaitu Jumrah Ula, Jumrah Wustha, dan Jumrah Aqabah. Melempar jumrah adalah simbol perlawanan terhadap godaan setan. Dalil tentang melempar jumrah adalah hadits Nabi SAW:
“Rasulullah SAW melontar jumrah dengan tujuh batu kerikil sambil bertakbir pada setiap lontaran.” (HR. Bukhari dan Muslim)
8. Tawaf Wada’
Adalah tawaf perpisahan yang dilakukan sebelum meninggalkan Makkah. Tawaf ini menunjukkan bahwa jamaah telah menyelesaikan seluruh rangkaian ibadah haji dan siap kembali ke tempat asal dengan membawa berkah dan ampunan dari Allah SWT.
Hikmah dan Manfaat Ibadah Haji
Ibadah haji tidak hanya sebatas ritual, tetapi juga memiliki banyak hikmah dan manfaat, baik dari segi spiritual, sosial, maupun psikologis.
- Spiritualitas dan Kedekatan dengan Allah Ibadah haji meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT. Melalui rangkaian ibadah haji, jamaah merasakan kebesaran dan keagungan Allah, serta memperkuat hubungan mereka dengan-Nya.
- Persatuan dan Kesetaraan Haji mengajarkan persatuan dan kesetaraan umat Islam. Dalam ihram, semua jamaah, tanpa memandang status sosial, ekonomi, atau budaya, berpakaian sama dan menjalankan ritual yang sama, menunjukkan bahwa di hadapan Allah, semua manusia adalah setara.
- Kesabaran dan Ketabahan Ibadah haji mengajarkan kesabaran dan ketabahan. Jamaah harus menghadapi berbagai tantangan fisik dan mental selama menjalankan rangkaian ritual, yang menguji kesabaran dan ketabahan mereka dalam menghadapi cobaan.
- Pembelajaran Sejarah Setiap tahapan dalam ibadah haji memiliki makna historis yang dalam. Melalui ibadah haji, jamaah mengingat kembali perjuangan Nabi Ibrahim AS, Hajar, dan Nabi Ismail AS, serta menghayati nilai-nilai ketauhidan dan ketaatan yang mereka teladani.
- Transformasi Diri Ibadah haji merupakan kesempatan bagi jamaah untuk merenung dan melakukan introspeksi diri. Setelah menjalankan ibadah haji, diharapkan jamaah kembali dengan hati yang lebih bersih dan tekad untuk menjadi pribadi yang lebih baik.
Kesimpulan
Ibadah haji adalah ritual agung yang penuh dengan hikmah dan pelajaran berharga bagi setiap Muslim. Melalui rangkaian ritual yang dijalankan, jamaah haji tidak hanya memenuhi kewajiban agama, tetapi juga memperdalam makna spiritual, memperkuat persatuan umat, dan meningkatkan ketakwaan kepada Allah SWT. Dalil-dalil dari Al-Qur’an da““““““““““““““n Hadits yang mendasari setiap tahapan ritual haji menunjukkan bahwa ibadah ini telah ditetapkan dengan perintah yang jelas dan tujuan yang mulia. Semoga artikel ini dapat memberikan pemahaman yang lebih mendalam tentang ibadah haji dan menginspirasi kita semua untuk terus mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Kurban Idul Adha 1445 H
“Kami bantu, terima dan salurkan, InsyaAllah Sesuai Syariah & Tepat Sasaran !”
Bergabunglah dalam program kurban di Masjid Al-Kahfi! Hanya dengan harga paket 3,5 juta, kita bisa berbagi kebahagiaan dengan sesama dan mendapatkan berkah yang melimpah. Ayo, jangan lewatkan kesempatan ini untuk berbagi kebaikan.