Ibadah Haji dan Qurban – Ibadah Haji dan Kurban adalah dua amalan besar dalam Islam yang memiliki kedudukan istimewa dalam rangkaian ibadah umat Muslim. Keduanya memiliki kaitan erat dengan sejarah ketauhidan, pengorbanan, dan ketaatan kepada Allah SWT yang dicontohkan oleh Nabi Ibrahim AS dan keluarganya. Ibadah Haji merupakan salah satu dari lima rukun Islam yang wajib dilaksanakan oleh setiap Muslim yang mampu, sedangkan Kurban dilakukan sebagai wujud ketaatan dan syukur kepada Allah SWT. Dalam artikel ini, kita akan membahas secara mendalam mengenai kedua ibadah ini, dilengkapi dengan dalil-dalil dari Al-Qur’an dan Hadits.
Ibadah Haji dan Qurban: Perjalanan Spiritual ke Tanah Suci
Definisi dan Hukum Haji
Haji secara bahasa berarti menyengaja atau menuju. Secara istilah, Haji adalah menyengaja untuk datang ke Baitullah (Ka’bah) di Makkah dengan tujuan melaksanakan serangkaian ibadah tertentu pada waktu dan dengan tata cara yang telah ditetapkan. Ibadah Haji diwajibkan bagi setiap Muslim yang mampu sekali seumur hidup. Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an:
فِيْهِ اٰيٰتٌۢ بَيِّنٰتٌ مَّقَامُ اِبْرٰهِيْمَ ەۚ وَمَنْ دَخَلَهٗ كَانَ اٰمِنًا ۗ وَلِلّٰهِ عَلَى النَّاسِ حِجُّ الْبَيْتِ مَنِ اسْتَطَاعَ اِلَيْهِ سَبِيْلًا ۗ وَمَنْ كَفَرَ فَاِنَّ اللّٰهَ غَنِيٌّ عَنِ الْعٰلَمِيْنَ
“Di dalamnya terdapat tanda-tanda yang jelas, (di antaranya) Maqam Ibrahim.) Siapa yang memasukinya (Baitullah), maka amanlah dia. (Di antara) kewajiban manusia terhadap Allah adalah melaksanakan ibadah haji ke Baitullah, (yaitu bagi) orang yang mampu) mengadakan perjalanan ke sana. Siapa yang mengingkari (kewajiban haji), maka sesungguhnya Allah Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu pun) dari seluruh alam.”Di dalamnya terdapat tanda-tanda yang jelas, (di antaranya) Maqam Ibrahim.) Siapa yang memasukinya (Baitullah), maka amanlah dia. (Di antara) kewajiban manusia terhadap Allah adalah melaksanakan ibadah haji ke Baitullah, (yaitu bagi) orang yang mampu) mengadakan perjalanan ke sana. Siapa yang mengingkari (kewajiban haji), maka sesungguhnya Allah Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu pun) dari seluruh alam.”
(QS. Āli ‘Imrān [3]: 97)
Sejarah dan Hikmah Haji
Ibadah Haji memiliki sejarah panjang yang dimulai dari perintah Allah kepada Nabi Ibrahim AS untuk membangun Ka’bah bersama putranya, Nabi Ismail AS. Setelah selesai membangun Ka’bah, Nabi Ibrahim AS diperintahkan untuk menyerukan kepada umat manusia agar menunaikan Haji. Allah berfirman:
وَاَذِّنْ فِى النَّاسِ بِالْحَجِّ يَأْتُوْكَ رِجَالًا وَّعَلٰى كُلِّ ضَامِرٍ يَّأْتِيْنَ مِنْ كُلِّ فَجٍّ عَمِيْقٍ ۙ
“Wahai Ibrahim, serulah manusia untuk (mengerjakan) haji, niscaya mereka akan datang kepadamu dengan berjalan kaki dan mengendarai unta kurus yang datang dari segenap penjuru yang jauh.“
(QS. Āli Hajj [22]: 27)
Haji merupakan ibadah yang penuh dengan hikmah dan pelajaran. Di antaranya adalah mengingatkan umat Islam akan ketaatan Nabi Ibrahim AS dan keluarganya, menguatkan rasa persaudaraan antar umat Islam, serta melatih kesabaran, ketulusan, dan kerendahan hati.
Rukun dan Wajib Haji
Abdullah bin ‘Abbas radliyallahu ‘anhuma berkata:
“Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berangkat dari Madinah setelah Beliau menyisir rambutnya dan memolesnya dengan minyak zaitun. Dan Beliau mengenakan baju dan rida’nya, begitu juga para sahabat Beliau. Beliau tidak melarang apapun mengenai rida’ (selendang panjang) dan baju untuk dipakai kecuali minyak wangi (za’faran) yang masih tersisa pada kulit badan. Ketika paginya berada di Dzul Hulaifah, Beliau berangkat dengan mengendarai tunggangannya hingga sampai di padang sahara saat siang hari. Maka disitulah Beliau memulai ihram dengan bertalbiyyah begitu juga para sahabatnya. Lalu Beliau menandai hewan qurbannya. Ini terjadi pada lima hari terakhir dari bulan Dzul Qa’dah. Lalu Beliau sampai di Makkah pada malam keempat dari bulan Dzul Hijjah lalu Beliau melaksanakan thawaf di Baitullah, lalu sa’i antara bukit Shafaa dan Marwah dan Beliau belum lagi bertahallul karena Beliau membawa hewan qurban yang telah ditandainya. Kemudian Beliau singgah di tempat yang tinggi di kota Makkah di Al Hajjun, yang dari tempat itu Beliau berniat memulai haji. Beliau tidak mendekati Ka’bah setelah melaksanakan thawafnya disana hingga Beliau kembali dari ‘Arafah lalu Beliau memerintahkan para sahabatnya agar melaksanakan thawaf di Baitullah dan sa’iy antara bukit Shafaa dan Marwah kemudian memerintahkan pula agar mereka memotong rambut mereka lalu bertahallul. Ketentuan ini berlaku bagi mereka yang tidak membawa hewan sembelihan (qurban). Maka barangsiapa yang ada isterinya bersamanya, isterinya itu halal baginya begitu juga memakai wewangian dan pakaian (baju).”(Shahih Bukhari 1444)
Rukun Haji adalah hal-hal yang harus dilakukan dalam Haji, tanpa salah satunya, maka Haji menjadi tidak sah. Rukun Haji meliputi:
- Ihram: Niat untuk memulai ibadah Haji disertai dengan mengenakan pakaian ihram.
- Wukuf di Arafah: Berdiam di Padang Arafah pada tanggal 9 Dzulhijjah.
- Thawaf Ifadah: Mengelilingi Ka’bah sebanyak tujuh kali setelah wukuf.
- Sa’i: Berjalan bolak-balik antara Bukit Shafa dan Marwah sebanyak tujuh kali.
- Tahallul: Memotong atau mencukur rambut sebagai tanda selesainya ihram.
- Tertib: Melakukan semua rukun Haji secara berurutan.
Sedangkan wajib Haji adalah hal-hal yang jika ditinggalkan, Haji masih sah tetapi harus membayar dam (denda). Wajib Haji meliputi:
- Ihram dari miqat.
- Mabit (bermalam) di Muzdalifah.
- Mabit di Mina.
- Melontar jumrah.
- Thawaf wada (thawaf perpisahan).
Dalil Haji dalam Hadits
Rasulullah SAW bersabda tentang keutamaan Haji:
“Barangsiapa yang berhaji dan ia tidak berkata-kata kotor dan tidak berbuat fasik, maka ia kembali seperti bayi yang baru dilahirkan oleh ibunya.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Ibadah Haji dan Qurban: Pengorbanan sebagai Wujud Ketaatan
Definisi dan Hukum Kurban
Kurban secara bahasa berarti dekat. Secara istilah, Kurban adalah penyembelihan hewan tertentu pada hari raya Idul Adha dan hari-hari tasyriq sebagai bentuk ibadah kepada Allah. Kurban merupakan sunnah muakkadah, yaitu sunnah yang sangat dianjurkan. Dalam Al-Qur’an, Allah berfirman:
Sejarah Kurban
Sejarah Kurban merujuk pada peristiwa pengorbanan Nabi Ibrahim AS yang mendapat perintah dari Allah untuk menyembelih putranya, Ismail AS. Perintah ini merupakan ujian besar bagi Nabi Ibrahim AS dan putranya. Ketika mereka berdua siap melaksanakan perintah tersebut, Allah menggantinya dengan seekor domba. Peristiwa ini diabadikan dalam Al-Qur’an:
فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ السَّعْيَ قَالَ يٰبُنَيَّ اِنِّيْٓ اَرٰى فِى الْمَنَامِ اَنِّيْٓ اَذْبَحُكَ فَانْظُرْ مَاذَا تَرٰىۗ قَالَ يٰٓاَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُۖ سَتَجِدُنِيْٓ اِنْ شَاۤءَ اللّٰهُ مِنَ لصّٰبِرِيْنَفَلَمَّآ اَسْلَمَا وَتَلَّهٗ لِلْجَبِيْنِۚ وَنَادَيْنٰهُ اَنْ يّٰٓاِبْرٰهِيْمُ ۙ قَدْ صَدَّقْتَ الرُّءْيَا ۚاِنَّا كَذٰلِكَ نَجْزِى الْمُحْسِنِيْنَ اِنَّ هٰذَا لَهُوَ الْبَلٰۤؤُا الْمُبِيْنُ وَفَدَيْنٰهُ بِذِبْحٍ عَظِيْمٍ وَتَرَكْنَا عَلَيْهِ فِى الْاٰخِرِيْنَ ۖ سَلٰمٌ عَلٰٓى اِبْرٰهِيْمَ كَذٰلِكَ نَجْزِى الْمُحْسِنِيْنَ
“Ketika keduanya telah berserah diri dan dia (Ibrahim) meletakkan pelipis anaknya di atas gundukan (untuk melaksanakan perintah Allah), Kami memanggil dia, “Wahai Ibrahim, sungguh, engkau telah membenarkan mimpi itu.” Sesungguhnya demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat kebaikan. Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata. Kami menebusnya dengan seekor (hewan) sembelihan yang besar. Kami mengabadikan untuknya (pujian) pada orang-orang yang datang kemudian, “Salam sejahtera atas Ibrahim.” Demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat kebaikan.“(QS. Ash-Shaffat: 102-109)
Perintah Kurban
Perintah kurban dalam Islam didasarkan pada beberapa dalil. Berikut adalah beberapa dalil yang relevan:
وَلِكُلِّ اُمَّةٍ جَعَلْنَا مَنْسَكًا لِّيَذْكُرُوا اسْمَ اللّٰهِ عَلٰى مَا رَزَقَهُمْ مِّنْۢ بَهِيْمَةِ الْاَنْعَامِۗ فَاِلٰهُكُمْ اِلٰهٌ وَّاحِدٌ فَلَهٗٓ اَسْلِمُوْاۗ وَبَشِّرِ الْمُخْبِتِيْنَ ۙ
“Bagi setiap umat telah Kami syariatkan penyembelihan (kurban) agar mereka menyebut nama Allah atas binatang ternak yang dianugerahkan-Nya kepada mereka. Tuhanmu ialah Tuhan Yang Maha Esa. Maka, berserahdirilah kepada-Nya. Sampaikanlah (Nabi Muhammad) kabar gembira kepada orang-orang yang rendah hati lagi taat (kepada Allah).”
(QS. Surah Al-Hajj : 34)
Kesimpulan
Ibadah Haji dan Kurban adalah dua ibadah yang saling terkait dan saling melengkapi dalam rangkaian ritual keagamaan Islam. Keduanya mengandung nilai-nilai ketaatan, pengorbanan, ketauhidan, dan persaudaraan yang mendalam. Melalui Haji, umat Islam memperkuat ikatan spiritual dengan Allah SWT dan mempererat ukhuwah Islamiyah. Sementara itu, melalui Kurban, mereka menunjukkan rasa syukur dan ketaatan serta memperkuat solidaritas sosial dengan berbagi rezeki kepada sesama.
Dalil-dalil dari Al-Qur’an dan Hadits memperkuat kedudukan kedua ibadah ini dalam Islam, menjadikannya sebagai amalan yang memiliki makna mendalam bagi setiap Muslim. Semoga kita semua diberikan kesempatan dan kemampuan untuk melaksanakan Haji dan Kurban, serta mendapatkan hikmah dan keberkahan dari kedua ibadah ini. Amin.
Kurban Idul Adha 1445 H
“Kami bantu, terima dan salurkan, InsyaAllah Sesuai Syariah & Tepat Sasaran !”
Bergabunglah dalam program kurban di Masjid Al-Kahfi! Hanya dengan harga paket 3,5 juta, kita bisa berbagi kebahagiaan dengan sesama dan mendapatkan berkah yang melimpah. Ayo, jangan lewatkan kesempatan ini untuk berbagi kebaikan.