Ibadah Inti Haji: Haji merupakan salah satu dari lima rukun Islam yang wajib dilaksanakan oleh setiap Muslim yang mampu secara fisik dan finansial. Ibadah haji memiliki keutamaan yang sangat besar dan berfungsi sebagai puncak dari segala bentuk ibadah yang mendekatkan diri seorang hamba kepada Allah SWT. Dalam artikel ini, kita akan membahas secara mendalam mengenai ibadah inti dalam haji, disertai dengan dalil-dalil dari Al-Quran dan Hadits yang menjadi landasan pelaksanaan ibadah tersebut.
Ihram adalah niat untuk memulai ibadah haji dengan mengenakan pakaian khusus dan menjalankan larangan tertentu. Pakaian ihram bagi laki-laki terdiri dari dua lembar kain putih tanpa jahitan, sedangkan bagi perempuan memakai pakaian yang menutupi seluruh tubuh kecuali wajah dan tangan.
Dalil Ihram:
Abdullah bin ‘Abbas radliyallahu ‘anhuma berkata:
“Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berangkat dari Madinah setelah Beliau menyisir rambutnya dan memolesnya dengan minyak zaitun. Dan Beliau mengenakan baju dan rida’nya, begitu juga para sahabat Beliau. Beliau tidak melarang apapun mengenai rida’ (selendang panjang) dan baju untuk dipakai kecuali minyak wangi (za’faran) yang masih tersisa pada kulit badan. Ketika paginya berada di Dzul Hulaifah, Beliau berangkat dengan mengendarai tunggangannya hingga sampai di padang sahara saat siang hari. Maka disitulah Beliau memulai ihram dengan bertalbiyyah begitu juga para sahabatnya. …”
(Shahih Bukhari 1444)
Setelah berihram, jamaah haji mengucapkan talbiyah, yaitu:
“LABBAIKA ALLAHUMMA LABBAIKA LAA SYARIIKA LAKA LABBAIKA INNAL HAMDA WAN NI’MATA LAKA WAL MULKA LAA SYARIIKA LAKA”
Artinya:
“Kupatuhi perintah-Mu ya Allah, kupatuhi Engkau. Kupatuhi Engkau, Kupatuhi Engkau, tiada sekutu bagi-Mu. Kupatuhi Engkau, sesungguhnya segala pujian dan kenikmatan adalah milik-Mu, begitu pula kekuasaan, tiada sekutu bagi-Mu.”
Dalil Talbiyah:
Dari Abdullah bin Umar RA, Nabi Muhammad SAW bersabda:
Abu Musa Al Asy’ariy radliyallahu ‘anhu berkata:
“Aku menemui Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika Beliau berada di Bathha’, ketika Beliau singgah untukk istirahat lalu Beliau bertanya kepadaku: “Bagaimana cara kamu berihram?” Aku jawab: Aku berihram dengan bertalbiyah (berniat memulai haji) sebagaimana Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berihram….”
(Shahih Bukhari 1668)
Setibanya di Mekkah, jamaah haji melakukan thawaf qudum sebagai tanda penghormatan kepada Ka’bah. Thawaf adalah mengelilingi Ka’bah sebanyak tujuh kali dengan berlawanan arah jarum jam.
Dalil Thawaf:
Maka Beliau berkata: “Kamu sudah berbuat dengan baik, maka thawaflah di Ka’bah Baitullah dan sa’iy antara bukit Shafaa dan Marwah lalu bertahallullah….“
(Shahih Bukhari 1668)
Sa’i adalah berlari kecil antara bukit Shafa dan Marwah sebanyak tujuh kali. Ritual ini mengenang usaha Siti Hajar mencari air untuk putranya, Nabi Ismail AS.
Dalil Sa’i:
Maka Beliau berkata: “Kamu sudah berbuat dengan baik, maka thawaflah di Ka’bah Baitullah dan sa’iy antara bukit Shafaa dan Marwah lalu bertahallullah….“
(Shahih Bukhari 1668)
Puncak dari ibadah haji adalah Wukuf di Arafah, dimana jamaah haji berdiam diri di Padang Arafah pada tanggal 9 Dzulhijjah dari siang hingga terbenam matahari. Wukuf adalah waktu untuk berdoa, berdzikir, dan merenung.
Dalil Wukuf di Arafah:
Nabi Muhammad SAW bersabda:
“Aku menyembelih hewan kurban di sini, dan Mina seluruhnya adalah tempat menyembelih. Karena itu, sembelihlah kurbanmu di tempat kendaraanmu berhenti. Dan wukuf di Arafah, maka Arafah seluruhnya adalah tempat wukuf. Dan aku wukuf pula di Muzdalifah, maka Muzdalifah seluruhnya adalah tempat wukuf.”
(Shahih Muslim 2138)
Setelah meninggalkan Arafah, jamaah haji bermalam di Muzdalifah pada malam tanggal 10 Dzulhijjah. Di Muzdalifah, jamaah mengumpulkan kerikil yang akan digunakan untuk melempar jumrah.
Dalil Mabit di Muzdalifah:
Al Laits dari Yunus dari Ibnu Syihab, Salim berkata:
“‘Abdullah bin ‘Umar radliyallahu ‘anhuma mendahulukan orang-orang yang lemah dari keluarganya lalu mereka berdiam (wuquf) di Al Masy’aril Haram di Muzdalifah pada malam hari. Disana mereka berdzikir (mengingat) semampu mereka kemudian mereka kembali sebelum imam berhenti (wuquf) dan sebelum bertolak. …”
(Shahih Bukhari 1564)
Pada tanggal 10 Dzulhijjah, jamaah haji melakukan pelemparan jumrah ‘Aqobah dengan menggunakan tujuh kerikil di Mina. Pelemparan jumrah ini merupakan simbol pengusiran setan dan meneladani tindakan Nabi Ibrahim AS.
Dalil Melempar Jumrah:
Al Laits dari Yunus dari Ibnu Syihab, Salim berkata:
“‘…. .Diantara mereka ada yang menuju Mina untuk shalat Shubuh disana dan diantara mereka ada yang menuju kesana setelah shalat Shubuh. Jika mereka sudah sampai, mereka melempar jumrah…”
(Shahih Bukhari 1564)
Ibadah haji merupakan puncak dari segala bentuk ibadah dalam Islam yang harus dilaksanakan oleh setiap Muslim yang mampu. Setiap tahapan dalam ibadah haji memiliki keutamaan dan hikmah tersendiri yang mendekatkan seorang hamba kepada Allah SWT. Dengan melaksanakan ihram, wukuf di Arafah, tawaf Ifadah, sa’i, tahallul, mabit di Muzdalifah dan Mina, serta melontar jumrah, seorang Muslim mempersembahkan pengabdian total kepada Sang Pencipta.
Semoga artikel ini dapat memberikan pemahaman yang lebih mendalam mengenai ibadah inti dalam haji dan menjadi motivasi bagi setiap Muslim untuk melaksanakan ibadah haji dengan penuh keikhlasan dan ketaqwaan. Allahu a’lam.
“Kami bantu, terima dan salurkan, InsyaAllah Sesuai Syariah & Tepat Sasaran !”
Bergabunglah dalam program kurban di Masjid Al-Kahfi! Hanya dengan harga paket 3,5 juta, kita bisa berbagi kebahagiaan dengan sesama dan mendapatkan berkah yang melimpah. Ayo, jangan lewatkan kesempatan ini untuk berbagi kebaikan.
A.n Qurban Masjid Al-Kahfi Bunut