Hewan Kurban Terakhir: Di tengah hiruk pikuk persiapan Idul Adha, Pak Tono dilanda dilema. Sapi kesayangannya, Belang, yang telah menemaninya selama bertahun-tahun, menjadi hewan kurban terakhirnya. Kenangan indah bersama Belang terlintas di benaknya, mengantarkannya pada pergulatan batin yang rumit.
Pak Tono, pria paruh baya dengan wajah teduh dan rambut beruban, terkenal di kampungnya sebagai peternak sapi handal. Belang, seekor sapi jantan berbulu coklat kehitaman, merupakan sapi kesayangannya. Sejak kecil, Belang menemani Pak Tono bertani, membantunya membajak sawah dan menarik gerobak.
Lebih dari sekadar hewan peliharaan, Belang bagaikan sahabat bagi Pak Tono. Mereka melewati suka dan duka bersama, saling menguatkan di kala sulit. Belang menjadi saksi bisu perjuangan Pak Tono membesarkan anak-anaknya, dan kini, saat anak-anaknya telah sukses dan berkeluarga, Belang pun menjelma menjadi sumber kebahagiaan di hari tua Pak Tono.
Tahun ini, Pak Tono berniat menjadikan Belang sebagai hewan kurban. Keputusan ini bukan hal mudah. Perasaan sayang dan kenangan indah bersama Belang membuatnya bimbang. Namun, Pak Tono yakin, ini adalah pengabdian terbaiknya untuk menunaikan ibadah kurban dan berbagi kebahagiaan dengan sesama.
Di hari tasyrik, Pak Tono memandikan Belang dengan penuh kasih sayang. Bulu Belang yang biasanya kusam kini berkilau bersih. Pak Tono menghias tanduknya dengan pita bunga, dan membisikkan doa-doa di telinganya.
Saatnya tiba, Belang dibawa ke lapangan kurban. Pak Tono menuntunnya dengan langkah tegap, namun hatinya diliputi kesedihan. Rasa haru dan pilu bercampur aduk saat pisau tajam menghujam leher Belang. Air mata Pak Tono bercucuran, mengantarkan Belang ke alam baka dengan penuh keikhlasan.
Daging Belang dibagikan kepada fakir miskin dan tetangga sekitar. Wajah-wajah bahagia mereka menjadi penghibur bagi Pak Tono. Ia yakin, Belang telah mendapatkan tempat terbaik di sisi Allah SWT, dan pengorbanannya membawa keberkahan bagi banyak orang.
Refleksi dan Dalil Hewan Kurban Terakhir
Kisah Pak Tono dan Belang menjadi pengingat bagi kita tentang makna pengorbanan dan keikhlasan dalam beribadah. Hewan kurban bukan sekadar daging, tetapi simbol ketaatan dan kepedulian terhadap sesama. Di balik tradisi kurban, terjalin kisah-kisah mengharukan tentang cinta, kasih sayang, dan pengabdian yang tulus.
Landasan Al-Qur’an
Tradisi kurban memiliki landasan agama yang kuat. Dalam Al-Qur’an, Allah SWT berfirman:
وَلِكُلِّ اُمَّةٍ جَعَلْنَا مَنْسَكًا لِّيَذْكُرُوا اسْمَ اللّٰهِ عَلٰى مَا رَزَقَهُمْ مِّنْۢ بَهِيْمَةِ الْاَنْعَامِۗ فَاِلٰهُكُمْ اِلٰهٌ وَّاحِدٌ فَلَهٗٓ اَسْلِمُوْاۗ وَبَشِّرِ الْمُخْبِتِيْنَ ۙ
Bagi setiap umat telah Kami syariatkan penyembelihan (kurban) agar mereka menyebut nama Allah atas binatang ternak yang dianugerahkan-Nya kepada mereka. Tuhanmu ialah Tuhan Yang Maha Esa. Maka, berserahdirilah kepada-Nya. Sampaikanlah (Nabi Muhammad) kabar gembira kepada orang-orang yang rendah hati lagi taat (kepada Allah).
Al-Ḥajj [22]:34
لَنْ يَّنَالَ اللّٰهَ لُحُوْمُهَا وَلَا دِمَاۤؤُهَا وَلٰكِنْ يَّنَالُهُ التَّقْوٰى مِنْكُمْۗ كَذٰلِكَ سَخَّرَهَا لَكُمْ لِتُكَبِّرُوا اللّٰهَ عَلٰى مَا هَدٰىكُمْ ۗ وَبَشِّرِ الْمُحْسِنِيْنَ
Daging (hewan kurban) dan darahnya itu sekali-kali tidak akan sampai kepada Allah, tetapi yang sampai kepada-Nya adalah ketakwaanmu. Demikianlah Dia menundukkannya untukmu agar kamu mengagungkan Allah atas petunjuk yang Dia berikan kepadamu. Berilah kabar gembira kepada orang-orang yang muhsin.
Al-Ḥajj [22]:37
Kisah Nabi Ibrahim AS
Kisah Nabi Ibrahim AS dan putranya, Ismail AS, menjadi dasar tradisi kurban. Ketaatan Nabi Ibrahim AS dalam melaksanakan perintah Allah SWT menjadi teladan bagi umat Islam untuk senantiasa beribadah dengan penuh keikhlasan.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ السَّعْيَ قَالَ يٰبُنَيَّ اِنِّيْٓ اَرٰى فِى الْمَنَامِ اَنِّيْٓ اَذْبَحُكَ فَانْظُرْ مَاذَا تَرٰىۗ قَالَ يٰٓاَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُۖ سَتَجِدُنِيْٓ اِنْ شَاۤءَ اللّٰهُ مِنَ الصّٰبِرِيْنَ
Ketika anak itu sampai pada (umur) ia sanggup bekerja bersamanya, ia (Ibrahim) berkata, “Wahai anakku, sesungguhnya aku bermimpi bahwa aku menyembelihmu. Pikirkanlah apa pendapatmu?” Dia (Ismail) menjawab, “Wahai ayahku, lakukanlah apa yang diperintahkan (Allah) kepadamu! Insyaallah engkau akan mendapatiku termasuk orang-orang sabar.”
Aṣ-Ṣāffāt [37]:102
Lebih dari itu, kurban juga menjadi wujud kepedulian terhadap sesama. Daging kurban dibagikan kepada fakir miskin dan kaum dhuafa, meringankan beban mereka dan membawa kebahagiaan di momen istimewa Idul Adha. Hal ini sesuai dengan sabda Rasulullah SAW:
“Sebaik-baiknya kurban adalah yang dagingnya banyak dan tulangnya sedikit.” (HR. Tirmidzi)
Penutup
Hewan kurban terakhir Pak Tono mungkin telah tiada, namun kenangan dan nilai-nilai yang terkandung dalam ceritanya akan terus hidup dan menginspirasi. Tradisi kurban akan terus berlanjut, membawa pesan kasih sayang dan kepedulian bagi umat manusia di seluruh dunia.
Kisah Pak Tono dan Belang adalah pengingat bahwa pengorbanan dan keikhlasan adalah